Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2025

MANUSIA KARATAN (CERMINAN GENERASI MASA KINI)

  Ilustrasi Gambar Manusia Karatan (doc. Abu Hasna) Manusia Karatan Oleh : Feri Jatmiko  Kejujuran dan keterbukaan seringkali termatikan, gagasan dan pencerahan seringkali menjumpai tembok tinggi dan juga bebal. Narasi kecintaan narasi ketulusan hadir bersama pahitnya jamu yang seringkali dibenci, sedangkan kebusukan yang berbalut gula seringkali disenangi padahal justru itu yang mematikan nurani, harkat, dan martabat diri.  Manusia harus belajar dan mengenal siklus akibat, dibalik sesuatu yang tampak. Manusia harus mencoba bertelanjang kejujuran dan membiarkan dadanya terbuka agar inderawinya peka terhadap hikmah fenomena. Rasa dalam jiwa harus kembali kita panggil dan dibangkitkan, barangkali selama ini ia telah mati bersama keruhnya kotoran yang membungkus diri, sehingga akal sehat kita tersumbat, yang menyebabkan hati serta tindakan kita berjalan dengan kebijakan yang sekarat sehingga menjadikan kemanusiaan kita tiada karena diri kita sebagai manusia pupus dan karatan...

BANGKITKAN LITERASI DARI SUDUT KECIL PULAU SAPUDI

  Bangkitkan Kembali Gerakan Membaca Secara Konservatif Bangkitkan Literasi Dari Sudut Kecil Pulau Sapudi Oleh : Feri Jatmiko Membaca ibarat menyalakan cahaya di tengah gelap. Setiap manusia seharusnya memiliki kesadaran untuk itu, sebab dengan membaca, pintu pengetahuan terbuka lebar. Melalui kegiatan membaca, manusia akan memperoleh wawasan yang lebih luas dari sebelumnya. Masyarakat, terlebih pemerintah, perlu menumbuhkan dan membangkitkan kembali semangat belajar. Pihak terkait juga harus menyediakan sarana pendukung seperti perpustakaan atau taman baca mulai dari Desa dan Kecamatan,  serta wadah-wadah literasi lain yang mudah dijangkau. Gerakan literasi dari tingkat paling bawah (PAUD/TK)  hingga menengah dan atas (SMP/MTs/SMA/MA/PT) harus digiatkan secara berkelanjutan. Sebenarnya tidak ada manusia yang tiba-tiba menjadi cerdas dan pintar begitu saja, sekalipun ia keturunan Kiai, Habaib, Bangsawan, atau tokoh terhormat lainnya. Kecerdasan tidak diwariskan secara aja...

SEMBUHLAH SAPUDIKU, SEMBUHLAH ALAMKU

Salah Satu Rumah Warga Saat Dikunjungi TNI di Kepulauan Sapudi (doc. Abu Hasna) Sembuhlah Sapudiku, Sembuhlah Alamku Oleh : Feri Jatmiko Lagi dan lagi Masih terus sama Sapudi lagi  Sapudi lagi Gempa datang silih berganti  Sudah dua minggu lebih tepatnya tiga belas hari setalah gempa besar tiga puluh September tempo hari. Masyarakat hidup dalam bayang-bayang ketakutan, banyak yang hidup dan istirahat diluar rumah takut dan trauma gempa datang saban waktu dan harinya. Isu liar merebak kemana-mana, pengeboran Migas dituding jadi pemicu utamanya, meski ada sangkalan-sangkalan ilmiah lainnya tapi pemerintah dan perusahaan yang dimaksud tak pernah mengkonfirmasinya.  Pemerintah tak pernah datang untuk meringankan ketakutan dan membantu ketenangan secara psikis, bahkan meneliti dan mengklarifikasi narasi yang berkembang di masyarakat Sapudi. Gempa lagi  Gempa lagi Lagi dan lagi Munajat dan do'a terus ditengadahkan pada Tuhan, agar bumi kembali tenang dan bersahabat kembali ...

GURU TAK CARI UANG, GURU TAK PERLU KAYA

  "Guru Tidak Cari Uang, Guru Tak Perlu Kaya" Entah sejak kapan kalimat “menjadi guru bukan untuk mencari kekayaan” dijadikan mantra nasional. Mungkin sejak negara mulai kehabisan cara membayar jasa mereka, maka muncullah dogma jalan keluar paling murah, yaitu nasihati saja supaya ikhlas. Guru, katanya, adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Sebuah kalimat yang terdengar indah, sampai kita sadar bahwa “tanpa tanda jasa” ternyata bukan metafora, tapi kenyataan ekonomi. Guru tetap berdiri di depan kelas, meski meja rapuh, air mata anak istri mengalir, serta tungkunya tak lagi mengepul. Seakan Guru  adalah jalan suci dan tak boleh dicemari angka rupiah. Bahkan harus mati, miskin dan jadi martir baru dianggap sebagai pahlawan sejati. Lucunya, hanya profesi guru yang diminta berpuasa dari cita-cita finansial. Dokter boleh kaya, pengacara boleh mewah, pejabat boleh berlimpah, tapi guru? Cukup sejahtera dalam hati dan berterima kasih karena masih diingat setiap Hari Pendidikan Nasional. ...