Ilustrasi Gambar Manusia Karatan (doc. Abu Hasna) Manusia Karatan Oleh : Feri Jatmiko Kejujuran dan keterbukaan seringkali termatikan, gagasan dan pencerahan seringkali menjumpai tembok tinggi dan juga bebal. Narasi kecintaan narasi ketulusan hadir bersama pahitnya jamu yang seringkali dibenci, sedangkan kebusukan yang berbalut gula seringkali disenangi padahal justru itu yang mematikan nurani, harkat, dan martabat diri. Manusia harus belajar dan mengenal siklus akibat, dibalik sesuatu yang tampak. Manusia harus mencoba bertelanjang kejujuran dan membiarkan dadanya terbuka agar inderawinya peka terhadap hikmah fenomena. Rasa dalam jiwa harus kembali kita panggil dan dibangkitkan, barangkali selama ini ia telah mati bersama keruhnya kotoran yang membungkus diri, sehingga akal sehat kita tersumbat, yang menyebabkan hati serta tindakan kita berjalan dengan kebijakan yang sekarat sehingga menjadikan kemanusiaan kita tiada karena diri kita sebagai manusia pupus dan karatan...